Published on PEPAK (Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen) (https://pepak.sabda.org)

Home > Printer-friendly

Buku: Biarkanlah Anak-anak Datang Padaku

Pasal I-Harga Kehidupan Anak

A. Hidup manusia dibagi dalam 3 masa:

  1. Masa kanak-kanak: antara 1 th - 12 th.
  2. Masa remaja : antara 13th - 24 th.
  3. Masa dewasa/tua : antara 25th - 100th.

Dari ketiga masa ini yang terpenting ialah masa kanak-kanak, sebab:

  1. Masa ini menjadi dasar bangunan yang menentukan kehidupan kanak-kanak itu di kemudian hari.
  2. Pada masa ini perasaan dan ingatan mereka paling terang.
  3. Daya menerima dan daya meniru mereka sangat besar.
  4. Masa ini ialah masa mereka sangat rindu dan haus akan pengajaran.

Masa ini secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi ingatan mereka, tentang kelakuan, moral, watak, keinginan dan tujuan hidup mereka, apa yang masuk dahulu dalam hidup mereka sudah menjadi akar yang mendalam.

Ada pendapat ahli-ahli bahwa pengajaran seorang ibu kepada anaknya sebelum anak tersebut berumur 3 tahun, telah menentukan setengah dari pekerjaan pendidikan. Dalam sejarah gereja banyak tokoh-tokoh besar bertobat pada masa kanak-kanak, misalnya:

  1. Merry Slessor (7 tahun): Pengajar Injil di Afrika.
  2. Issac Watts (9 tahun): Penulis lagu-lagu.
  3. Catherine Booth (6 tahun): seorang tokoh pembangun rohani
  4. Polycarpus (9 tahun): tokoh yang mati syahid
  5. Jonathan Edwards (7 tahun): seorang cendikiawan, ahli politik theologia, filsafat dan penggembala gereja.
  6. Mathew Henry (10 tahun): Penulis tafsir

Di dalam Alkitab juga banyak tokoh-tokoh yang dimulai dari kanak-kanak sudah bertobat:

  1. Musa
  2. Daniel
  3. Daud
  4. Samuel
  5. Obaja
  6. Timotius
Anak-anak Yahudi sejak kecil telah diajar untuk menghafal Taurat. Pada umur 12 tahun mereka sudah harus dapat menghafal dan diperbolehkan mengikuti acara-acara di Bait Allah. Maksudnya supaya mereka tetap memegang teguh Taurat dan bertanggung jawab sendiri atas Taurat itu.

B. Keistimewaan dalam hidup anak-anak:

  1. Hati anak-anak adalah murni. Pada masa mereka belum dipengaruhi dengan kebiasaan-kebiasaan buruk dan pikiran dosa dan akibat-akibat dosapun belum kelihatan, sebab itu: HARUS MENGAJAR MEREKA MEMBENCI DOSA (dasar dosa telah ada pada mereka, namun belum dinyatakan keluar)

  2. - Matius 18:3; Amsal 20:11, dsb.

  3. Dalam hati anak-anak tidak ada tipu daya, apa yang dikatakan dan dilakukan sesuai dengan hati pikiran mereka, dapat menjadi contoh untuk orang dewasa dalam hal kejujurannya.
  4. Berfungsi menjadi teladan kehidupan manusia.

C. Anak-anak adalah suatu bangunan yang dapat dibentuk:

Terjadinya pembentukan watak dan kepribadian seorang anak tidak hanya dibatasi oleh faktor keturunan, melainkan juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Yang dimaksud dengan keadaan lingkungan ialah:
  1. Rumah tangga
  2. Sekolah
  3. Pergaulan
  4. Gereja

Faktor dari kehidupan masyarakat, keadaan lingkungan 1-3 seringkali gagal dalam pembentukan watak yang baik, sebab itu adalah tugas daripada gereja untuk mengatasi kegagalan tersebut. Kita yakin dengan keteguhan hati, kita dapat membentuk hidup yang baik dengan firman yang kita isikan dalam hati anak sebagai dasar yang kokoh dan teguh dalam bangunan kerajaan Allah, supaya mereka menjadi warga surga yang baik.

D. Hubungan Yesus Kristus dengan Anak-anak:

  1. Yohanes 1:14, Firman itu telah menjadi manusia... Yesus menjelma menjadi manusia. Yesus sendiri menjalani masa anak-anak dan menjadi besar menurut peraturan manusia. Ini berarti bahwa Ia mementingkan masa ini.
  2. Yesus menjadikan anak-anak teladan dari kerajaan Surga.
  3. Yesus sendiri mementingkan pekerjaan anak-anak.

Dari sudut negatif:
Ia tidak membiarkan orang-orang meremehkan, menghalangi anak-anak untuk datang kepadaNya. Matius 18:3-14; 19:13-15, ini menandakan bahwa anak-anak ada kemungkinan sesat.

Dari sudut positif:

  1. Ia menyuruh membawa anak-anak kepadaNya.
  2. Ia menyuruh memelihara/menggembalakan anak-anak - Yohanes 21:5M
  3. Ia bekerja sama dengan anak-anak - Yohanes 6:1-15
  4. Ia menyambut dan menyembuhkan anak-anak:

  5. Membangkitkan anak Yairus: Markus 5:41-42; Menyembuhkan anak pegawai istana - Yohanes 4:46-54; Menyembuhkan anak perempuan Kanani - Matius 15:22-28; Menyembuhkan anak yang gila babi Matius 17:14-21.

Pasal II-Kepentingan Pekerjaan Sekolah Minggu

A. Keistimewaan pekerjaan sekolah Minggu
  1. Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang paling murni.
  2. Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang membentuk bangunan yang kokoh.
  3. Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang mempunyai nilai kekal.
  4. Pekerjaan ini adalah pelayanan yang sukar.
B. Kepentingan pekerjaan anak-anak:
  1. Pekerjaan anak-anak adalah pekerjaan Tuhan dan Pesan Tuhan. Tuhan sendiri mementingkan pekerjaan ini.
  2. Pekerjaan anak-anak adalah pengajaran Alkitab. Amsal 22:6,15. 23:13-14; 29:17; Ulangan 11:18-19 ; Masmur 78:3-4,6.
  3. Membantu kekurangan pengajaran dalam rumah tangga.
  4. Membentuk orang Kristen yang baik bagi gereja.
  5. Anak-anak mempunyai hidup yang seluruhnya mengikut Tuhan.
  6. Anak-anak adalah penyebar Injil yang paling baik.
  7. Anak-anak paling mudah menerima Injil.

Pasal III-Sejarah Sekolah Minggu

A. Rumah sembahyang orang Yahudi :

Sebelum ada Sekolah Minggu, pendidikan agama Yahudi menghendaki anak-anak Yahudi membaca Alkitab di rumah sembahyang dan mendengarkan Firman Tuhan yang disampaikan oleh rabi-rabi. Rabi Green berkata: "Tidak ada bangsa yang lebih mementingkan pengajaran agama terhadap anak-anak daripada bangsa Yahudi." Josephus berkata: "Semua prinsip yang kami pentingkan ialah pengajaran terhadap anak-anak."
Dari hal ini kita tahu bahwa pengajaran orang Yahudi terhadap anak-anak demikian dipentingkan, sehingga di kota Yerusalem saja ada 700 rumah sembahyang. Hal ini menyebabkan kepercayaan orang Yahudi menjadi suatu benteng yang tidak dapat dirobohkan.

B. Permulaan Gereja :

Yesus sendiri disebut Rabi dan guru yang baik. Ia sendiri mengajar. Ia juga menyuruh/memesan kepada murid-muridnya untuk pergi ke seluruh muka bumi, supaya seluruh umat manusia menjadi murid-muridNya. Kisah Rasul 2:39; Kisah Rasul 5:42. Dari ayat-ayat ini kita mengetahui bahwa mengajar itu lebih penting daripada mengabarkan Injil. Dalam Alkitab `MEMBERITAKAN INJIL` dipakai 143 kali sedangkan istilah `MENGAJAR` dipakai 217 kali. Mulai abad yang ke II gereja merasa sangat perlu mengajarkan Alkitab kepada anak-anak. Maka mulailah disusun doktrin tanya-jawab, dan mengajarkan kepada anak-anak. Orang Kristen mulai umur 7 tahun harus menerima pengajaran Alkitab di rumah sembahyang.

C. Masa Peralihan (Reformasi)

Pada masa Martin Luther gereja telah melalui zaman kegelapan selama masa itu. Ibadat hanya menjadi tradisi belaka. Pengajaran Alkitab diganti dengan pengajaran manusia, karena gereja telah melalaikan kebenaran Alkitab (sedikit sekali penuntutan kebenaran), sehingga pada waktu Martin Luther bangun dan memakukan suatu penetapan di muka pintu gereja yang kemudian menjadi dasar dari katholisasi. Pada tahun 1576 Gereja Scotland mengeluarkan ketetapan bahwa tiap gereja pada hari minggu harus diadakan kebaktian anak-anak, mengajar anak-anak kebenaran Alkitab. Pada waktu itu gereja Rum Katolik juga mulai mengembangkan pendidikan terhadap anak-anak. (Suatu kutipan dari Children`s Evangelism halaman 25 mengenai percakapan dari seorang Roma Katholik dengan seorang Bishop Protestant di Amerika beberapa tahun yang lalu. Iman Roma Khatolik itu berkata: Betapa menyedihkan dan bodohnya kamu, orang Protestan, kamu membiarkan anak-anak sampai mereka besar, dikuasai Iblis, kemudian kamu bekerja untuk mendapatkannya kembali dengan susah payah. Sebaliknya kami orang Katholik, mengetahui bahwa anak-anak adalah lemah seperti tanah liat ditangan kami dan kami menyerahkan/mengabdikan diri kami pertama-tama kepada mereka. Ketika mereka telah terlatih dan terintruksi dengan baik, maka kami tidak kuatir dengan hari depan mereka. Begitu juga St. Francis Zavier berkata: Berikan kepadaku anak-anak sampai berumur 7 tahun, kemudian siapapun boleh mengambilnya dari padaku, aku tak akan takut kalau kepercayaan akan berubah."

D. Pendiri Sekolah Minggu

  1. Robert Raikers
  2. Asal berdirinya Sekolah Minggu di Chancester Inggris pada tahun 1780; Robert Raikers adalah seorang penerbit surat kabar, pada zamannya masyrakat Inggris berada dalam kegelapan moral. Anak-anak berumur 7-9 tahun telah keluar untuk bekerja. Mereka terlantar, kurang pendidikan, buta huruf dan hidup dalam dosa. Hari Minggu adalah kesempatan yang baik untuk berbuat dosa dan segala macam kejahatan. Pada suatu hari, ketika Robert Raikers pergi mencari pekerja bagi penerbitannya, ia mendapati anak-anak yang tidak terpelihara itu dan juga tingkah laku liar, maka ia tergerak hatinya untuk mendidik dan mengajar mereka. Kemudian ia menggunakan hari Minggu untuk mengajar anak-anak membaca Alkitab dan mengenal huruf. Tanpa pendidikan ini, mereka nanti akan tetap menjadi anak-anak yang suka akan berbuat dosa. Karena hari yang dipakai Robert Raikers untuk megajar adalah hari minggu, maka berdirilah istilah Sekolah Minggu. Ia mengajar seorang diri, dan yang diajarkan adalah: membaca, menulis, pendidikan kepribadian dan agama. Ia membawakan kabar ini dan segala keperluan Sekolah Minggu lewat surat kabarnya, supaya masyarakat dapat mendukung dan menaruh perhatian. Mula-mula gereja tidak mau membantu usaha ini, tetapi kemudian banyak orang-orang Kristen yang tergerak untuk membantu usaha ini dan telah diundang pembantu-pembantu untuk mengajar Sekolah Minggu tersebut. Pada tahun 1785 di London telah didirikan suatu dana untuk Sekolah Minggu.

  3. John Wesley:
  4. Pada waktu John Wesley melihat akan pentingnya dan perlunya pekerjaan Sekolah Minggu ini, ia berkata: "Saya dapat katakan, bahwa pekerjaan Sekolah Minggu ini adalah pekerjaan yang paling mulia di antara pendidikan-pendidikan di Eropa. Jika saya mengajar Sekolah Minggu dengan baik, maka hari depan Sekolah Minggu akan berkembang. Pendidikan Sekolah Minggu ini didukung oleh John Wesley dan J. Whitefield dan menjadi suatu gerakan kebangunan yang besar bagi negara Inggris, sehingga Inggris terhindar daripada nasib kehancuran dan masa kegelapan, dan mencegah gelombang pemberontakan dari Perancis.
    Robert Raikers pada tahun 1811 telah meninggal dunia, pada waktu itu murid-murid Sekolah Minggu sudah mencapai jumlah 400.000 anak. Pekerjaan ini juga segera dimulai di Amerika dan tahun 1880 Inggris dapat membuka sekolah dasar, dengan dana dari Sekolah Minggu. Baru pada tahun 1917 pekerjaan Sekolah Minggu lebih disempurnakan dengan menyesuaikan umur anak, menurut ilmu jiwa dan kemudian dibagi kelas. Tuhan telah memberkati pekerjaan Sekolah Minggu hingga kini. Saat ini lebih kurang ada 40.000.000 jiwa. Di Tiongkok pun didirikan Sekolah Minggu meskipun belum teratur, tetapi lambat laun berkembang juga hingga akhirnya dapat mencetak gambar-gambar sendiri.

Pasal IV-Hubungan Sekolah Minggu dengan Gereja

A. Kewajiban Gereja terhadap Sekolah Minggu:

  1. Harus mempunyai guru-guru Sekolah Minggu yang sudah dilahirkan baru.
  2. Harus memperhatikan guru-guru dan memberi kritik-kritik yang membangun.
  3. Harus memilih buku-buku pelajaran Sekolah Minggu yang mempunyai dasar kepercayaan benar.
  4. Harus menyediakan setiap kebutuhan Sekolah Minggu
  5. Harus mendoakan Sekolah Minggu.
  6. Harus menganjurkan anak-anak dari anggota gereja untuk mengunjungi Sekolah Minggu.

B. Kewajiban Sekolah Minggu terhadap gereja:

  1. Melaporkan dengan jujur segala keperluan dan hasil pekerjaan Sekolah Minggu.
  2. Memberi dasar iman kepercayaan dan pengabdian yang benar pada anak-anak.
  3. Mendidik/memelihara ibadat dan hati yang mau dipersembahkan kepada Yesus Kristus.
  4. Memimpin mereka untuk mengenal dan menerima Yesus sebagai juruselamat mereka pribadi dan kelak mereka dewasa akan menjadi anggota gereja.

C. Hasil Sekolah Minggu Terhadap Gereja:

  1. Anggota gereja bertambah besar.
  2. Gereja mempunyai anggota yang mempunyai dasar pengabdian yang benar.
  3. Dapat menjadi pengerja Tuhan, misalnya Guru Sekolah Minggu, anggota paduan suara dsb.
  4. Suasana kerohanian dapat dipelihara tetap dan persembahan serta peraturan gereja dapat diindahkan.

Pasal V-Tujuan Mengajar, Pengajaran Pokok

A. Tujuan Mengajar:

Apakah tujuan mengajar Sekolah Minggu? Mengajar Sekolah Minggu bukan untuk memberikan pengetahuan agama, melainkan untuk membentuk suatu hidup kekristenan yang mempunyai hubungan dengan hidup Kristen.
Roma 11:36, "Karena daripada-Nya dan olehnya dan kepadaNya ada segala sesuatu...." Tujuan dapat menetukan arah, arah dapat menentukan kerajinan (dalam pelayanan); rajin dapat menentukan hasilnya.

B. Pengajaran Pokok:

  1. Supaya anak-anak mengenal kasih anugerah Allah
  2. Mengenal Allah yang benar, khalik kita dan Pencipta langit dan bumi, keajaibanNya, hikmatNya, KuasaNya yang juga diberikan pada manusia, Allah yang mengasihi kebenaran, keadilan dan membenci dosa, jadi supaya anak-anak mempunyai pengenalan yang benar pada Allah.

  3. Supaya anak-anak menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat:
  4. Teranglah betapa penting dan berharga jiwa manusia yang bersifat kekal, telah dikuasai oleh dosa kejahatan hingga akhirnya binasa, tetapi ada keampunan melewati darah Kristus. Hingga barangsiapa yang percaya dan bertobat tidak akan binasa, melainkan mempunyai hidup yang kekal.

  5. Supaya anak-anak dapat menjalankan Kehendak Allah:
  6. Allah mempunyai rencana bagi tiap pribadi anak, karena itu tiap-tiap anak harus mempunyai hubungan dengan Tuhan, taat pada pimpinan Roh Kudus, berjalan di dalam rencana dan kehendak Allah yang ditentukan pada tiap pribadi dan menjadi orang yang ditentukan oleh Allah menurut rencanaNya. Dan mau mempersembahkan tubuhnya; serta memuliakan Tuhan senantiasa dalam hidupnya.

C. Kesimpulan:

Dengan pengenalan adanya Allah yang Esa, pengampunan dosa, hidup kekal (tujuan kita di Surga) biarlah semasa hidup, kita pergunakan hidup kita untuk berbakti dan memuliakan nama Tuhan, dan menjadi berkat bagi semua.

Pasal VI-Susunan Sekolah Minggu, Syarat-syarat Pengajar, Petunjuk-petunjuk bagi Pengajar dan Persiapan bagi Pengajar

A. Susunan Sekolah Minggu :

  1. Pendeta (penasehat/pengawas)
  2. Ketua Sekolah Minggu (dipilih)
  3. Para Pengajar
  4. Penulis
  5. Pembantu Umum
  6. Pemimpin Nyanyian.

B. Syarat-syarat Pengajar Sekolah Minggu:

  1. Hidupnya telah dilahirkan baru, hidup sebagai orang Kristen yang sungguh-sungguh. Mustahil bila hidupnya belum dilahirkan pula dapat mengeluarkan hasil (berbuah). Hidup kekristenan lebih penting daripada gelar-gelar, kedudukan dan sebagainya. Sedikit pengajar yang telah diselamatkan adalah lebih baik daripada sejumlah pengajar yang belum dilahirkan baru dan diselamatkan.
  2. Pribadinya harus menuntut kesucian. Seorang pengajar yang berhasil bukan semata-mata karena petah lidahnya, melainkan melalui pribadi pengajar. "It is not what you say or do, but what you are."
  3. Harus bersumber pada Alkitab apa yang kita kabarkan tentang: `Kebenaran Allah`. Alkitab setiap hari harus direnungkan, dipercaya, dan dijalankan. Karena Firman Tuhan mempunyai Kuasa.
  4. Tentang Pekerjaan:
    1. Harus penuh kasih. Kasih memberikan kesabaran, baru dapat mengatasi segala kesukaran dan tahan menghadapi segala sesuatu. Bila ada kasih dapat mengatur orang lain. Hanya dengan kasih pekerjaan kita dapat dilaksanakan. Tidak ada barang sesuatu yang dapat menggantikan kedudukan kasih ini. "SESEORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI KASIH TERHADAP ANAK, DIA TIDAK LAYAK JADI PENGAJAR SEKOLAH MINGGU"
    2. Harus mempunyai tanggung jawab:
    3. Kita harus senantiasa mempunyai gairah terhadap anak-anak, setiawan terhadap pekerjaan dan kewajiban. Mengetahui dan mempelajari tentang ilmu jiwa anak-anak dan cara mengajar.

C. Petunjuk-petunjuk bagi pengajar :

  1. Terhadap anak harus mempunyai gairah yang tidak putus-putusnya, dan selalu ingin mengetahui dan menyelami jiwa mereka.
  2. Harus memasuki dunia anak-anak, menjadi sahabat anak-anak; dan belajar bahasa anak-anak.
  3. Harus melayani dengan rajin, tekun dan sabar, kita menaburkan benih jangan tergesa-gesa hendak lekas menuai hasilnya.
  4. Jangan pilih kasih diantara anak-anak (membedakan satu dengan yang lain, baik dalam apa saja) sekali-kali kita jangan mengabaikan yang miskin, wajahnya yang jelek, maupun yang lemah sarafnya.
  5. Harus mempunyai iman, pengetahuan, perbuatan yang layak, perkataan yang murni. Jangan cepat-cepat mengeluarkan kata ancaman, janji-janji dan sebagainya. Apa yang pernah diucapkan harus ditepati.
  6. Harus mendidik anak-anak itu dengan akal budi (keras pada tempatnya).
  7. Pakaian pengajar harus bersih, rapi, sederhana.
  8. Pengajar harus datang seperempat jam sebelum kebaktian anak-anak dimulai.
  9. Pengajar jangan mengkritik pengajar lain dihadapan anak-anak.
  10. Kalau menghadapi keadaan yang krisis/kacau pengajar harus dengan tenang dan bijaksana mengatasinya.

D. Persiapan bagi pengajar :

  1. Harus banyak membaca, menyelidiki Alkitab, melihat tafsir Alkitab, sejarah Alkitab, Ilmu Bumi Alkitab, Latar Belakang ceritera Alkitab, adat istiadat bangsa pada waktu itu.
  2. Harus mempelajari cara mengajar sehingga lebih mengetahui kebutuhan mereka menurut umur mereka.
    1. Cara mengamati dan menyelidiki sendiri hidup anak-anak. Cara ini paling praktis untuk menyelidiki sendiri hidup anak-anak, tetapi juga paling sempit lingkungannya.
    2. Cara mengingat pengalaman masa kecil, cara ini praktis, tetapi sangat sempit dan ceroboh. Sebab keadaan latar belakang mereka belum tentu sama dengan latar belakang pengajar.
    3. Cara menyelidiki melalui buku-buku ilmu jiwa, cara ini baik; tetapi tidak praktis. Jika memakai cara ini, jangan hanya membaca satu buku tentang ilmu jiwa melainkan harus membaca banyak buku-buku dan mempertimbangkan sendiri, sebenarnya cara ini adalah cara terbaik.
    4. Harus banyak berdoa minta hikmat dan kuasa dari atas.
    5. Harus setia menyediakan pelajaran, memakai banyak waktu untuk memikirkan dan menyelidiki Alkitab.
    6. Harus benar-benar mengenal tujuan mengajar Sekolah Minggu.

Pasal VII-Dalil Hasil dari Mengajar

A. Prinsip Dasar Mengajar:

  1. Cara memaksakan dan mendesak (menghafal). Guru yang aktif dan muridnya pasif menerima pelajaran dalam otaknya/memasukkan segala pengetahuan ke dalam otak anak tersebut, guru aktif sementara murid pasif.
  2. Dengan cara memberi dorongan untuk memperkembangkan, supaya anak-anak ada penuntunan dalam kebenaran, ada kerja sama antara guru dan murid. Cara mengajar ini membuka pengetahuan anak-anak sehingga mereka dengan aktif dapat menerima pengajaran; dan memperkembangkan daya cipta dan keahlian mereka.

B. Beda cara berkotbah dan mengajar:

NO
KHOTBAH
MENGAJAR
1. Hanya suara pengkotbah Ada suara murid yang bertanya jawab.
2. Hanya mementingkan berceramah, menerangkan kebenaran. Harus memperhatikan penerimaan murid, supaya yang diajarkan dapat diterima dan dimengerti.
3. Hanya mempunyai kewajiban Selain bersedia juga harus dapat menerangkan sejelas-jelasnya supaya dimengerti, dan dapat dilaksanakan murid-murid.
4. Tidak diuji/ditanya kembali Ada ujian supaya diketahui derajat murid (dapat/tidaknya ditangkap)
5. Tidak ada urutan, tidak ada ketentuan yang teratur Harus ada ketentuan yang baik dan teratur.

C. Pengajaran Yesus Kristus :

Pengajaran Yesus Kristus mementingkan kesadaran dan penerimaan, maka besar daya pendorongnya. Yesus Kristus adalah pengajar yang paling besar dalam sejarah manusia, Ia mengajar dan memberikan manusia kesadaran hikmat dan membangkitkan manusia untuk mendengarnya, dan kuasa untuk bersungguh-sungguh.

D. Hasil dari Mengajar :

Pekerjaan Sekolah Minggu adalah pekerjaan menolong/mneyelamatkan jiwa. Sebab itu pekerjaan pengajar bukan untuk merusak atau menghancurkan melainkan untuk membangun. Yeremia 1:10

E. Pengajar yang berhasil, hasilnya terlihat dari murid-muridnya.

  1. Murid-murid dapat mengerti apa arti kebenaran.
  2. Murid-murid percaya kebenaran, dan dijalankan dalam hidupnya sehari-hari. Dan hidup mereka dapat merupakan pengabdian yang sungguh-sungguh.
  3. Murid-murid menjalankan kebenaran dalam hidupnya (mengeluarkan buah)

F. Tujuh Dalil Mengajar (John Milton Gregory)

  1. Dalil untuk mengajar.
  2. Pengajar harus tahu apa yang diajarkan, bahwa ia harus lebih banyak mengetahui dari orang yang diajar. Sebab itu harus lebih banyak menyelidiki Firman Tuhan, sehingga dapat memberi jawaban yang memuaskan bagi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh murid-murid.

  3. Dalil untuk murid.
  4. Seorang murid harus mempunyai gairah untuk memperhatikan pelajaran yang diberikan. Maka pengajar harus dapat menguasai pikiran murid, perasaan hati, gairah dan daya pemusatan murid. Untuk menguasai daya pemusatan murid harus diperhatikan beberapa hal:

    1. Mencari dan mengetahui jalan pikiran murid.
    2. Menyingkirkan segala hal yang dapat memecahkan perhatian murid.
    3. Menyesuaikan dengan penerimaan murid.
    4. Mengusahakan supaya murid ada bagian dalam pelajaran itu.
    5. Melupakan diri murid dan meleburkan diri dalam pelajaran itu.

  5. Dalil untuk bahasa pengantar:
  6. Bahasa adalah pengantar antara pengajar dan murid dalam pelajaran. Sebab itu bahasa mengajar harus disesuaikan dengan bahasa murid. Pengajar harus memakai bahasa murid, singkat, jelas, mudah dimengerti dan kalimat langsung. Juga sering menguji murid apakah bisa dimengerti.

  7. Dalil Pelajaran
  8. Harus memakai cara yang teratur dan sistematis. Membangun pelajaran yang baru diatas pelajaran yang lama. Berdasarkan kebenaran lama yang telah diterimanya, diberikan kebenaran baru. Jika mereka belum mengerti kebenaran yang lama, maka mereka sukar untuk mengerti kebenaran yang baru. Jika hal demikian terus berlangsung, maka murid tersebut makin lama, makin mengalami kesukaran sehingga menghilangkan gairah belajar.

  9. Dalil dari Cara Mengajar
  10. Supaya murid-murid bukan saja mendapat tetapi juga dapat menemukan kebenaran sendiri, hingga otomatis bisa mempelajari sendiri. Pengajar harus memimpin murid-murid untuk belajar sendiri, mencari kebenaran sendiri serta mengembangkan kebenaran itu. Dengan demikian mengajar mereka untuk mempraktekkan kebenaran dalam hidup mereka.

  11. Dalil dari Belajar
  12. Kebenaran yang dipelajari murid-murid haruslah hidup di dalam hatinya dan menjadi bagian dalam hidupnya. Seorang murid harus menerima kebenaran secara membabi buta, secara sadar dan mengerti dan dilaksanakan dalam hidupnya. Jadi kebenaran yang mereka terima harus: dimengerti, diterima, dilaksanakan.

  13. Dalil dari Belajar dan Ujian.
  14. Ujian dapat meneguhkan pekerjaan pendidikan. Belajar dapat mencapai pengertian terhadap kebenaran yang baru, supaya dapat mengingat dengan sempurna atas pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari.

KESIMPULAN:

Hasil dari pengajar bukan hanya bersandar atas cara dan bahan-bahan. Karena cara hanyalah alat untuk mencapai tujuan mengajar. Cara tidak dapat menyelamatkan jiwa. Jika pengajar hanya bersandar atas pengetahuan ilmu jiwa, cara dan pengalaman, maka pekerjaan ini tidak akan menyelamatkan jiwa anak. Cara ini harus diserahkan kepada Roh Kudus. Sebab itu dalil dari mengajar hanyalah bersandar atas penyertaan Roh Kudus. Zakaria 4:6. Cara dapat dan harus dipakai, tetapi tidak harus semata-mata bersandar atasnya dan terlebih lagi tidak boleh dimegahkannya.

Dr. Benson berkata: "Tidak ada seorang seperti Yesus yang demikian amat mementingkan cara mengajar dan tidak ada seperti Yesus yang seluruhnya bersandar akan Roh Kudus. Meskipun Yesus tidak menuliskan buku pelajaran tentang cara mengajar, tetapi dari pengajaran-pengajaranNya ternyata Ia adalah pengajar yang paling besar dan mempunyai cara mengajar yang paling baik dan paling berwibawa.

P A S A L VIII-Bagaimana Menyediakan Pelajaran

Cara Menyusun Pelajaran :

  1. Persiapan yang mendadak, karena pengajar yang bertugas mendadak tidak dapat datang, hal semacam ini mempunyai kebaikan, juga keburukan.
  2. Kebaikan : Supaya murid tidak memandang rendah pengajar.
    Keburukan: Tidak dapat memberikan kesan yang mendalam pada anak-anak.
  3. Persiapan menurut urutan.
    1. Menurut urutan kebenaran.
    2. Kebenaran-kebenaran yang akan diajarkan harus dikenal dahulu secara menyeluruh lalu disusun secara urutannya, harus disesuaikan dengan daya penerimaan murid dan bersandar pada pempinan Roh Kudus. Dalam pelajaran ini harus memakai cerita-cerita atau perumpamaan, supaya mudah diterima murid dan tidak membosankan.
    3. Menurut urutan sejarah.
    4. Cara ini menurut peristiwa sejarah, kita menceritakan peristiwa-peristiwa, fakta-fakta menurut waktu. Tentunya dalam cerita ini adalah mengandung kebenaran dan pengajaran. Cara ini mudah diterima murid, tetapi susunan kebenarannya kurang sempurna urutannya.
    5. Menurut dasar Ilmu Jiwa.
    6. Cara ini harus mendalam menyelidik ilmu jiwa anak-anak dulu dan mempelajari sungguh-sungguh, supaya dapat menguasai daya khayal murid, dan harus disesuaikan dengan pengalaman kehidupan anak- anak.
  4. Persiapan pokok pelajaran:
    1. Nats Alkitab.
      1. Menurut urutan yang teratur.
      2. Jangan terlalu pendek dan terlalu panjang.
      3. Harus banyak membaca dan hafal ayat Alkitab.
      4. Mengenai pelajaran doktrin harus disesuaikan dengan Firman yang bersangkutan. Jangan sembarangan mengambil ayat-ayat Alkitab yang tidak bersangkutan dan menerangkan kebenaran Alkitab dengan kesalahan.
    2. Judul.
      1. Jika sukar mendapatkan judul berdoalah.
      2. Lebih baik mencari perkataan dari ayat-ayat Alkitab.
      3. Judul jangan terlalu panjang, harus disingkat, bersifat rohani dan jangan terlalu umum.
      4. Harus yang menarik, supaya murid tertarik.
  5. Tujuan / Pokok Pelajaran:
  6. Kita harus sering memikirkan dengan cara bagaimanakah kita harus bercerita, supaya dapat meninggalkan kesan dalam pikiran murid dan dapat mempengaruhi hidup mereka. Tujuan/pokok pelajaran bukanlah untuk diucapkan saja tetapi supaya murid-murid dapat juga mendapatkan sendiri.

    Yang harus diperhatikan:

    1. Tujuan/pokok pelajaran harus sesuai judul.
    2. Harus mempunyai hubungan dengan anak-anak.
    3. Harus murni dan jelas.
    4. Jangan memberi terlalu banyak pelajaran dan permintaan yang terlalu tinggi terhadap murid. Cukup satu judul dan satu tujuan/ pokok pelajaran supaya murid dapat mengerti dan mudah menerima.

    Garis besar cerita:

    1. Harus cukup jelas dan mudah diingat-ingat.
    2. Jangan terlalu banyak pembagian-pembagian.
    3. Pembagian besar dan kecil harus mempunyai hubungan dan sesuai dengan judul.
    4. Bagian yang penting harus menuju yang tertinggi (klimak)
    5. Pada tiap bagian harus diberi judul/tanda, alat apa yang akan dipergunakan, cerita apa, contoh apa, pertanyaan apa yang akan dipakai.

  7. Penutup
  8. Yang terpenting ialah bahwa kalimat-kalimat penutup dapat mencapai tujuan, sebab itu:

    1. Penutup harus singkat dan jelas.
    2. Harus mudah dimengerti.
    3. Setelah mencapai tujuan, harus segera menutup. Jika tidak akan memecah perhatian murid-murid.
    4. Diakhiri dengan doa untuk menekankan kembali pelajaran tersebut dalam hati murid.
    Baik juga menutup dengan pertanyaan, setelah murid menjawab, lalu diberi anjuran. Misalnya:
    ** Siapakah sesamamu manusia?
    ** Perbuatlah demikian!
    ** Yang berkata dengan engkau itulah sesamamu manusia.

    Untuk penginjil dan pengajar penting untuk diperhatikan:

    1. How to stand up.
    2. How to speak up.
    3. How to shut up.

  9. Pendahuluan
  10. Fungsi dari pendahuluan ialah sebagai jembatan dari pengajaran/ kebenaran. Sebab itu banyak memikirkan memilih yang sesuai. Pengajar harus terlebih dahulu mengerti pelajaran apa yang akan disampaikan supaya dari pelajaran ini didapatkan titik pemandangan dan dari titik pemandangan di dapat titik permulaan. Itulah sebagai pendahuluan.

    Harus diperhatikan:

    1. Pendahuluan harus pendek, sederhana dan menyenangkan anak.
    2. Untuk pendahuluan boleh dipakai kata-kata yang menarik perhatian murid.
    3. Pendahuluan harus dapat menyatakan kebenaran dan pemusatan pemikiran murid sehingga menimbulkan rangsangan.
    4. Boleh memakai beberapa pertanyaan.
    5. Harus banyak memakai daya khayal.

P A S A L IX-Bahan Pengajaran Sekolah Minggu

Bahan Pengajaran Sekolah Minggu:

Empat unsur yang diperlukan dalam pekerjaan Sekolah Minggu:

  1. Pengajar
  2. Bahan Pelajaran
  3. Murid
  4. Perlengkapan/persediaan tempat: meja, kursi, alat-alat, dsb.

Dari keempat hal (unsur) terpenting ialah pengajar. Selain dari pada pengajar maka perlu juga bahan-bahan pelajaran. Bahan Sekolah Minggu harus mempunyai hubungan yang erat dengan kepercayaan Kristen, harus pengetahuan kebenaran dan dapat mempengaruhi untuk membentuk karakter murid.

Bahan-bahan Pelajaran:

  1. Alkitab :
  2. Alkitab ialah bahan yang paling penting. Tujuan pekerjaan Sekolah Minggu adalah untuk memperkembangkan kerohanian anak-anak; sedangkan semua bahan-bahan rohani bersumber pada Alkitab. Maka kita harus mengajar berdasar pada Alkitab saja.

    Alkitab adalah kebenaran rohani yang mempunyai kuasa terbesar untuk merubah dan membentuk karakter anak-anak. Cerita Alkitab tidak akan habis dan tidak akan menjemukan karena setiap kali dipergunakan akan didapati pelajaran rohani baru dan arti rohani yang baru. Setengah dari isi Alkitab berisikan ceritera-ceritera, maka cocok untuk memenuhi kebutuhan pengajar Sekolah Minggu Pada tiap bagian Alkitab mengandung perkara-perkara yang sangat berarti, penuh dengan daya tarik dan mendorong kerohanian anak. Tuhan memakai Alkitab untuk mewahyukan kepada manusia. Dalam Alkitab terdapat lebih kurang 400 cerita dan ditambah dengan perumpamaan-perumpamaan, maka mencapai kurang lebih 500 ceritera. Sebab itu jangan mengabaikan sumber rohani yang berharga ini. Firman Tuhan mempunyai kuasa, maka tentu berhasil bila kita gunakan dengan sebaik-baiknya. Jika Yesus sendiri sering menggunakan Alkitab, maka terlebih bagi pengajar harus memakai dan mementingkan Alkitab. Selain Alkitab kita dapat juga menambahkan riwayat hidup orang-orang besar (tokoh-tokoh) dan kesaksian-kesaksian, perumpamaan dsb. untuk disesuaikan dengan Alkitab.

  3. Buku pelajaran:
  4. Harus hati-hati memilih buku-buku pelajaran, harus sesuai dengan kepercayaan yang murni dan kebutuhan anak-anak.

    1. Buku pelajaran yang disamakan seluruh kelas-kelas.
    2. Kebaikannya :
      Dalam kebaktian dapat memakai nyanyian yang sama dan mudah bagi persiapan guru.
      Keburukannya:
      Mungkin tidak sesuai dengan anak-anak semua umur dan mungkin mereka telah mengikuti SM bertahun-tahun, tetapi cerita Alkitab tidak dapat diterima secara baik dan teratur.
    3. Buku Pelajaran Menurut Umur.
    4. Kebaikannya :
      Dapat menimbulkan pengertian yang teratur; juga sesuai dengan kebutuhan setiap anak masing-masing umur.
      Keburukan :
      Ada kesukaran dalam kebaktian dan persiapan guru. Tiap tahun yang diajarkan sama saja.

    Memakai Buku Pelajaran harus diperhatikan:

    1. Selain buku pelajaran, Alkitab harus dipakai
    2. Sebab tidak ada satu buku pelajaran pun yang tepat maka dari umur anak yang diajar, ambilah pengalaman dan adakan perubahan.
    3. Jika isi terlalu banyak singkatlah.
    4. Jika terlalu pendek (sedikit) ditambah dengan perumpamaan.
    5. Perumpamaan dan ceritera yang diterjemahkan bila tidak tepat, jangan dipakai carilah yang lain.
  5. Bahan pandangan dalam pelajaran :
  6. Tugas pengajar ialah untuk memasuki kebenaran dalam hati anak-anak. Sebab itu hal-hal yang tidak berwujud harus dijadikan berwujud (dengan kata lain harus menghidupkan kebenaran-kebenaran Firman Allah Galatia 1:6; 3:1)
    Menurut penyelidikan ahli jiwa, bahwa anak-anak setelah mendengar suatu kebenaran mereka hanya dpat menerima hanya 10-20% saja. Setelah melihat mereka bisa menangkap dan menerima 50 %. Bila mendengar dan melihat dan mengatakan dapat menerima 70 %. Anak-anak yang mendengar, melihat, mengatakan dan menjalankan dapat menerima 90%. Pengajar harus memakai telinga, mata anak-anak dengan baik untuk mengajarkan kebenaran. Telinga dan mata ialah 2 indra untuk menerima segala pengetahuan dari luar, bila kita dapat menggunakan dengan baik, berarti pengajar dapat berhasil menanamkan benih-benih kebenaran dalam ladang hati anak-anak dengan berhasil.

    Kebaikan bahan pandangan / alat peraga:

    1. Dapat memusatkan perhatian dan pikiran anak-anak.
    2. Memperdalam ingatan anak-anak.
    3. Dapat menimbulkan gairah yang baru dan pandangan yang jelas.
    4. Dapat mengatasi kesulitan perkataan dari pengajar untuk menerangkan kebenaran dan juga dapat mengatasi hal-hal yang melebihi pengalaman dan emosi murid-murid. Bahan/alat peraga adalah alat pembantu bagi pengajar, sebab itu tidak boleh melalaikan persiapan mengajar dan tidak boleh meninggikan yang tidak berguna.
    5. Macam-macam alat yang dapat dipakai untuk bercerita:

      1. gambar
      2. model
      3. bahan nyata
      4. bahan simbolik
      5. gambar alam
      6. gambaran dalam film/slide
      7. Anggota badan - mimik

      1. Gambar:
        1. Gambar yang dipilih harus sederhana, jelas, tepat dan yang penting harus nyata. Perbandingan antara gambar dan kelas harus seimbang. Harus diperhatikan pada waktu apa gambar tersebut digantungkan dan pada waktu apa harus disingkirkan supaya tidak memecah perhatian murid. Gunanya: Banyak membantu murid mengenai ilmu bumi, latar belakang Alkitab dan sebagainya.
        2. Menggambar sendiri: tidak semua orang mempunyai bakat ini, tetapi semua pengajar SM harus berusaha untuk belajar menggambar. Pengajar harus menggambar dengan jelas, tepat, cepat dan sederhana. Yang penting harus digambar lebih dahulu. Sambil menggambar sendiri lalu menerangkan. Gambaran gabungan, yaitu menggabungkan beberapa gambaran yang berhubungan. Harus diperhatikan perbandingannya.
        3. Gambar Flannel. Gambaran ini paling menarik perhatian anak-anak, sebab bukan hanya bergerak, tetapi juga menurut urutan ceritera, dan dapat ditambah atau dikurangi. Tetapi diperhatikan latar belakang jangan terlalu menyolok dan sering diganti. Subjeknya harus tegas dan benar. Pakaian subjek harus sama dan memasangnya pun harus tepat. Sambil memasang, sambil menceritakan.
      2. Model
      3. Dapat dibuat sendiri, tidak terlalu baik tetapi harus tepat. Umpamanya: Bait Allah, rumah-rumah orang Yahudi, Taurat, Alkitab, kemah, kandang domba dan sebagainya.

      4. Benda-benda nyata
      5. Misalnya Yesus mengambil anak-anak sebagai contoh. Yeremia memakai tanah liat, mengajar dan berkotbah dengan memakai benda-benda nyata sangat mengesankan. Tetapi dalam kebaktian tidak praktis, dalam kebaktian kebangunan rohani yang berturut-turut boleh digunakan. (John Sung memakai anglo dan api)

      6. Benda Simbolik.
      7. Misalnya kulit kerang diumpamakan lautan. Pasir sebagai padang pasir. Beberapa ranting sebagai sebagai hutan yang lebat. Baterai, lilin sebagai terang dan hidup. Yesus dalam perjamuan malam mengambil roti dan anggur untuk memberikan gambaran tubuh dan darahNya.

      8. Alam.
      9. Memakai benda-benda dari alam utnuk mengadakan suatu kebaktian di alam terbuka (Yesus di atas bukit, di pantai dan sebagainya) Pohon ara yang mulai bersemi, tanda musim panas akan tiba. Burung-burung mempunyai sarang.... orang-orang yang percaya kepadaKu seperti: sumber air hidup dan sebagainya.

      10. Gambar Film/slide.
      11. Bahannya agak mahal dan juga harus ada orang yang mengurusnya. Waktu kelas-kelas digabung dapat dipergunakan. Jangan terlalu sering dipakai karena dapat menjadi kebiasaan. Sehingga bila tidak ada film anak-anak tidak mau datang.

      12. Anggota badan dan mimik.
      13. Ini adalah yang paling praktis, paling hidup dan paling berhasil di dalam pengajarannya. Pengajar harus dapat menyatakan (menggambarkan) misalnya: kesukaan, kemarahan, kesedihan, menirukan orang bisu, buta, tepok dsb. Maka anggota badan juga harus digunakan untuk menjelaskan. Gerak-gerik pengajar menyebutkan anak-anak diam dan kediaman pengajar menyebabkan anak-anak bergerak.

  7. Bahasa
  8. Berdasarkan 7 dalil di atas kita mengerti bahwa pengajaran doktrin adalah abstrak dan tidak mudah dimengerti. Oleh sebab itu, boleh memakai gerakan tangan dan dilakukan dengan perbuatan. Misalnya: Untuk menyatakan `kekal` dengan lingkaran atau garis lurus yang tidak terhingga, dan untuk dibenarkan - memakai kaca (kertas kaca) yang berwarna merah sekali, untuk melihat ke arah benda merah, maka benda tersebut akan nampak putih. Dan untuk `bertobat` dengan memanggil tiga anak. Seorang anak memegang tulisan "dosa", yang seorang dengan tulisan "salib". Dan seorang memerankan dengan berjalan mondar-mandir dari jalan dosa menuju ke jalan salib. Untuk anugerah dengan memberi hadiah cuma-cuma. Untuk `iman` orang yang ditutup matanya dan dipimpin oleh seseorang yang dipercaya lalu diperintahkan untuk duduk. Untuk tritunggal - matahari (yaitu bendanya, sinarnya dan panasnya) dsb.

  9. Tafsiran Alkitab
  10. Dapat melihat latar belakang Alkitab, Ilmu bumi, sejarah Alkitab, kondordansi, Ilmu Purbakala. Arti nama orang dan tempat - semua mempunyai manfaat yang baik.

Pasal X-Cara Berceritera

A. Bagaimana menyiapkan ceritera (Lihat pasal VIII)

Yang harus diperhatikan:

  1. Harus membaca Alkitab sampai jelas, sehingga mengtahui konteknya (hubungannya)
  2. Suatu peristiwa dalam Alkitab seringkali diceritakan beberapa kali. Dan oleh sebab itu harus menyelidiki dan memperbandingkannya sehingga bahan lebih jelas.
  3. Boleh memakai bagian lain dari Alkitab untuk menerangkan isi Alkitab.
  4. Isi cerita harus sesuai dengan daya penerimaan anak-anak.
  5. Harus banyak memakai daya imajinasi, supaya terhadap pelaku-pelaku cerita, kita dapat memberi tafsiran yang tepat.
  6. Baik kita mencari tempat yang sunyi untuk mempersiapkan ceritera.

B. Bagaimana berceritera

Bercerita adalah suatu seni, supaya anak-anak dapat menyadari kebenaran yang tidak terbatas dan dapat menyadarkan hati nuraninya. Kalau kita dapat berceritera dengan menarik, maka hal ini akan digemari anak-anak maupun orang dewasa dan tidak dibatasi oleh umur. Dan ini mempunyai daya tarik yang besar, sehingga ketika orang menerima pengajaran dari ceritera ini, maka secara otomatis dapat menceritakan kepada orang lain, bahkan turun temurun. Untuk dapat berhasil dalam berceritera haruslah kita perhatikan:
  1. Tempat berdiri harus ditempat yang tepat sehingga semua pendengar dapat melihat.
  2. Suara harus cukup besar (keras) dan jelas.
  3. Tangan tidak memegang apa-apa.
  4. Jangan memutus ceritera dengan teguran. Lebih baik memasukkan teguran itu dalam ceritera yang penting jangan terputus dan juga tidak memutus jalan pikiran anak yang sedang asyik mendengarkannya.
  5. Jangan tergesa-gesa.
  6. Harus memakai kata-kata yang langsung.

C. Cara Menarik Perhatian Anak :

Pengajar harus penuh semangat, harus dapat menarik perhatian anak-anak. Yang penting dalam hal ini ialah menarik perhatian dan mendapatkan hati mereka. Pengajar harus dapat menguasai kegemaran mereka dan mengontrol perkataan dan sikap anak-anak. Pengajar harus dapat membawa mereka memasuki ceritera. Dalam meyampaikan ceritera, pendahuluan harus singkat, isinya harus lebih banyak dan jelas. Pengajar sekali-sekali tidak boleh memajukan kemuka lagi bagian-bagian yang tadi lupa diceritakan. Kata-kata harus lancar, mudah dimengerti dan setindak demi setindak menurut peristiwa, sehingga pendengar makin lama makin menikmati dan lupa akan dirinya yang sedang mendengarkan ceritera. Suara harus jelas, keras lembut, cepat, perlahan, gerak dan mimik harus dinyatakan dengan jelas.

D. Cara Menimbulkan Perasaan :

Ada tidaknya daya tarik dari suatu ceritera dapat diketahui dari dapat tidaknya membangkitakan perasaan dari pendengar. Berceritera yang berhasil, yaitu bila dapat membawa pendengarnya untuk melihat, mendengarkan dan merasakan apa yang diceritakan. Misalnya: waktu senang juga merasakan senang, demikian juga keadaan susah; marah dan lain-lain lagi harus dapat dirasakan pula oleh pendengarnya. Untuk itu maka pengajar harus menghayati dirinya dalam ceritera itu dan menguasai suasana itu. Juga harus banyak memikirkan apa yang mungkin terjadi dalam ceritera tersebut. Misalnya: isi hati, perasaan, perkataan, keadaan suasana dalam ceritera tersebut. Juga dapat dipakai kata-kata yang diulang dengan keadaan-keadaan yang berbeda dan diterapkan sedemikian rupa sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pendengar.

E. Bagaimana Cara Melukiskan Pelaku

Harus banyak memikirkan dan mengetahui sifat dan perasaan si pelaku. Misalnya dua sahabat karib yang hidup dalam satu masa. Mengenal sikap pelaku waktu berbicara dan kemungkinan-kemungkinan, gerak-geriknya, mimiknya, pakaiannya, umurnya, besar-kecil badannya, dan sebagainya. Ini semua berdasarkan bukti-bukti yang dapat dipercaya. Untuk menerangkan perbuatan, sifat pelaku waktu berbicara, tidak dapat kita menerangkan dengan banyak perkataan, sebab itu harus memakai banyak gerak yang dapat dinyatakan atau soal-soal yang umum dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata pelaku yang diucapkan yang terdapat dalam ceritera yaitu keras, lembut ... wibawanya, dsb. harus dinyatakan dengan suara yang berbeda-beda.

F. Cara memperpanjang ceritera :

Adakalanya ayat Alkitab yang akan diceritakan singkat dan pendek, tetapi mempunyai pengajaran yang penting. Ceritera itu apabila disampaikan hanya menurut ayat tersebut terlalu pendek, dan mungkin kurang menarik perhatian anak-anak. Hal ini sayang sekali. Pengajar haruslah dapat mengungkapkan kebenaran-kebenaran yang tersembunyi.

Caranya:

  1. Memikirkan dari tiap aspek dan menyadari perkembangan ceritera tersebut dan pengaruh yang menyebabkan akibat-akibat tertentu.
  2. Disesuaikan dengan bagian-bagian yang lain dari Alkitab.
  3. Dapat digabungkan dengan kejadian-kejadian serupa yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Menjelaskan Ilmu bumi, latar belakang dan adat istiadat dari bangsa pada waktu itu.

G. Cara untuk Memperpendek ceritera :

Adakalanya ayat Alkitab yang akan diceritakan sangat lengkap, tetapi waktu dan penerimaan murid tidak mencukupi, maka harus diperpendek.

Caranya :

  1. Pentingkan bagian yang besar dan buanglah yang tidak perlu.
  2. Tiap bagian jangan diceritakan semua.
  3. Buang pelaku dan latar belakang yang tidak penting, tetapi jangan sampai mempengaruhi tujuan dan pengajaran yang penting.

Pasal XI-Cara Memberi Pertanyaan

Cara memberi pertanyaan adalah cara pengajar yang tidak boleh dilalaikan. Cara memberi pertanyaan adalah untuk membangun pemikiran dan reaksi anak- anak. Untuk menguji apakah anak-anak mengerti akan pelajaran yang telah diajarkan dan faedah dari pelajaran tersebut. Juga untuk mengetahui gagal dan tidaknya diri si pengajar sendiri. Dengan memberi pertanyaan bukan hanya satu alat atau senjata dalam pengajaran, melainkan harus diberikan secara tepat. Dalam pengajaran Kristus, Tuhan ternyata adalah seorang ahli penanya. Dari pertanyaan-pertanyaan dalam pengajaran Yesus yang mempunyai nilai pembangunan yang tinggi. Jumlah pertanyaan Yesus banyak sekali. Sejak dari masa mudanya Yesus berada di Bait Allah, Ia telah memakai cara ini untuk menyelidiki, membangun, dan mengajar kebenaran. Di dalam catatan pekerjaannya yang singkat, pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan lebih dari 100 kali. Yesus setiap kali mengeluarkan pertanyaan, dan meliputi satu kebenaran. Hal ini untuk menyediakan pikiran dan hati yang baik dari manusia untuk menerima kebenaran dan pengajaran yang penting.

  1. Hasil dari memberi pertanyaan:

    1. Memusatkan pikiran. Pertanyaan yang bersifat menarik dapat dipakai untuk membuat pikiran murid yang tidak terpusat akan dapat terpusat kembali.
    2. Membangun pikiran. Pertanyaan yang menarik adalah seumpama umpan untuk menarik perhatian murid dan mudah pula untuk menghubungkan pikiran anak dengan pikiran si pengajar.
    3. Memimpin pikiran. Pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai urutan dan hubungan satu dengan yang lain, dapat membawa pikiran murid pada jalan yang sebenarnya.
    4. Mengemukakan pikiran:
      1. Memberikan kesempatan pada anak untuk mendapat bagian dalam ceritera itu.
      2. Dapat mengetahui sampai di mana murid dapat menerima ceritera itu.
      3. Supaya si pengajar mengetahui berhasil atau tidaknya pelajaran itu.
  2. Macam-macam pertanyaan:
    1. Pertanyaan yang dapat menimbulkan kehausan. Pertanyaan ini untuk menyediakan hati anak-anak supaya rindu akan mengetahui jawabannya. Misalnya Markus 4:30 : "Bagaimanakah kerajaan surga dapat diibaratkan atau diumpamakan. Apa yang dapat diterangkan dalam hal ini?" Pertanyaan Yesus ini menyebabkan hati pendengarnya haus untuk mengetahui. Yohanes 6:5 "Dari manakah dapat kita membeli roti, supaya orang banyak dapat makan?" Yesus mengeluarkan pertanyaan ini bukan sebab Dia tidak mengetahui, tetapi supaya mereka mengetahui keadaannya.
    2. Pertanyaan yang bersifat menentang. Si pemberi pertanyaan harus mempunyai pengertian yang mutlak, dan keputusan yang mutalak tentang hal itu. Juga harus memunyai wibawa yang tidak boleh ditentang, sehingga orang yang mendengar mau tidak mau harus menurut. Yohanes 8:46 "Pernahkah orang memetik buah anggur dari pokok onak?" Matius 16:26 " Apakah untungnya kepada seseorang, jikalau ia beroleh segenap dunia, tetapi jiwanya binasa? Atau apakah yang patut diberi orang akan menebus jiwanya?
    3. Pertanyaan yang bersifat memutuskan sendiri. Supaya yang mendengar dapat mengadakan putusannya sendiri terhadap kebenaran. Dengan demikian meneguhkan pengetahuan dan imannya.
      • Matius 19:17 : Pertanyaan orang kaya.
      • Matius 17:25 : Dari hal membayar dirham untuk Bait Allah.
      • Matius 11:26 : memberi kebenaran dahulu baru bertanya.
    4. Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Matius 21:25; 22:17; 41-46; Yohanes 8:5-7 Dari ke empat hal tersebut bisa diketahui motif orang yang bertanya.
      1. Menurut kebenarankah?
      2. Membanggakan dirikah?
      3. Meminjam senjata untuk membunuh orangkah?
      4. Mempunyai motif yang tidak baik (mau mencobai).
  3. Pertanyaan yang tidak boleh dipakai
    1. Pertanyaan yang sudah dapat dimengerti.
    2. Pertanyaan yang sudah meliputi jawaban. Misalnya: Tuhan yang suci, apakah berdosa?
    3. Anak Allah Yesus Kristus apakah Allah? Pertanyaan yang jawabannya boleh ya dan tidak. Misalnya: Orang berdosa bolehkah masuk ke Surga?
    4. Apakah Yesus orang biasa? Pertanyaan yang perkataannya terlalu panjang. Pertanyaan yang meliputi beberapa jawaban. Misalnya:
    5. Waktu apa, mengapa, di mana Zakheus bertemu dengan Tuhan? Pertanyaan yang mengandung pertanyaan: Misalnya: Dapatkah kita mengetahui bahwa Yesus telah mengalahkan iblis?
    6. Pertanyaan yang terlalu luas. Misalnya: Apakah pekerjaan Yesus di dunia? Dalam 6 hari Allah menciptakan apa?
    7. Siapa penebus itu? Pertanyaan yang mempunyai pendangan yang salah. Misalnya: Mengapa iblis menyalibkan Yesus?
  4. Hal-hal yang harus diperhatikan waktu memberi pertanyaan:
    1. Tidak boleh mengulang-ulang pertanyaan yang sama.
    2. Jangan memanggil nama murid dulu baru memberi pertanyaan, sehingga yang lain tidak memperhatikan.
    3. Jangan membiarkan pertanyaan dijawab dua kali.
    4. Jangan bertanya menurut urutan murid tertentu.
  5. Keistimewaan dalam pertanyaan
    1. Seringkali dipakai kata: mengapa; dimana; kapan; apa; siapa?
    2. Perkataan dalam pertanyaan harus singkat.
    3. Jangan menghinan jawaban murid yang salah, sebaiknya harus menganjurkan supaya murid dapat memberi jawaban yang benar.
    4. Jangan memberi pertanyaan dari hal-hal yang belum diterangkan atau dari hal-hal yang murid-murid belum dapat dijawab.
    5. Jika dalam pelajaran ada pertanyaan yang belum diterangkan atau dari hal-hal yang murid-murid belum dapat menjawab, jangan tunggu jawaban melainkan teruskan berceritera. Lain kali kalau kita sudah tahu jawabannya haruslah dikatakan.
    6. Menghadapi pertanyaan murid-murid harus diperhatikan:
      1. Jangan meringankan pertanyaan anak-anak, melainkan dengan sikap yang mengindahkan dan memberi jawaban.
      2. Jangan sembarangan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak diketahui dengan jawabannya.
      3. Yang menjawab pertanyaan harus mempunyai pengetahuan yang jelas.

Adakalanya, dalam mengajar, pengajar dapat membacakan sedikit pembacaan Alkitab supaya mereka dapat dengar; menangkap susunan perkembangan ceritera, kemudian baru menguji perhatian penerimaan mereka, dengan cara memberi pertanyaan. Dapat pula menyuruh mereka membaca Alkitab sendiri, kemudian memberi pertanyaan kepada mereka. (Cara ini boleh dilakukan di kelas remaja.)

Pasal XII-Bagaimana Memimpin Menyanyi

Nyanyian dapat menggerakkan hati orang dan dapat menimbulkan perasaan puji syukur yang aktif dalam hati manusia. Orang dapat merasakan karena mendengar musik rohani dan timbul perasaan kasih pada Tuhan, memasuki dalam suasana rohani serta mengerti banyak kebenaran. Jika seseorang telah suka menyanyi, maka nyanyian itu dapat menjadi satu bagian yang tidak boleh kurang dalam kehidpannya. Nyanyian juga telah menjadi bagian yang penting di dalam kebaktian.

  1. Sikap yang harus ada pada waktu anak-anak Sekolah Minggu menyanyi:
    1. Harus teratur, tidak boleh cepat-cepat, atau lambat-lambat semaunya sendiri.
    2. Semua harus turut menyanyi.
    3. Harus tertib tidak boleh berteriak-berteriak.
    4. Harus khidmad.
    5. Harus lincah dan bersuka hati.
    6. Jangan terlalu banyak berkata-kata atau komentar.
    7. Semua harus tepat ada pimpinan.
  2. Yang memimpin nyanyian atau paduan suara harus memperhatikan:
    1. Jangan mengajarkan nyanyian yang dia sendiri tidak bisa.
    2. Harus bersehati, bekerja sama dengan pemain musik.
    3. Tempo lagu harus tepat, jika tidak akan kacau.
    4. Harus bersemangat dan lincah, tetapi dengan cara sederhana.
    5. Boleh dengan cara menyanyi bergiliran antara anak-anak perempuan dan anak laki-laki; kiri-kanan.
    6. Telah menyanyikan dengan suara keras, lambat cepat perlahan; di ubah-ubah setiap waktu menurut pemimpin supaya mereka penuh perhatian terhadap nyanyian.
    7. Boleh merubah kata-kata dalam nyanyian tetapi harus sesuai dengan kebenaran Alkitab dan sesuai dengan notnya.
    8. Jangan terlalu lama menyanyikan not, karena perhatian lebih penting.
    9. Jangan terlalu banyak mengajar nyanyian baru, harus mengulang nyanyian-nyanyian lama.
    10. Nyanyian yang diajarkan harus dihafalkan.
    11. Waktu mengajar nyanyian jangan terlalu lama menerangkan. Waktu hendak mengulangi nyanyian sebaiknya pada waktu nyanyian-nyanyian belum berakhir; segera beri aba-aba, misalnya, nyanyi sekali lagi, atau yang kanan menyanyikan dsb., supaya tidak menghilangkan semangat mereka.
    12. Pemain musik jangan terlalu banyak bervariasi sebab akan menghilangkan suasana kebaktian, juga menyebabkan anak-anak memperhatikan musik dan tidak memperhatikan maksud nyanyian.
    13. Tiap pengajar harus dapat turut menyanyi.
    14. Suara pemimpin nyanyian harus cukup keras.
    15. Bila anak-anak tidak mau menyanyi, pemimpin tidak boleh marah, melainkan harus mencari cara supaya semua anak-anak dapat ikut menyanyi.
  3. Memilih nyanyian
    1. Jangan terlalu panjang.
    2. Perkataan jangan yang sukar dimengerti.
    3. Isi nyanyian harus sesuai dengan Alkitab.
    4. Nyanyian harus sesuai dengan pelajaran.
    5. Kelas remaja harus memilih nyanyian yang dipakai dalam kebaktian umum supaya waktu mereka masuk kebaktian umum, tidak asing lagi.
    6. Tinggi rendah nyanyian harus sesuai dengan nada suara anak-anak. Jangan melampaui nada suara anak-anak. Biasanya nada suara anak-anak dari kunci a-c.
    7. Bila dalam suatu nyanyian tidak dituliskan nada suaranya, maka nyanyian nada yang tertinggi 6=f; 7=E; 1=d; 2=C dsb.

Pasal XIII-Berdoa dan Memberi Persembahan

Peraturan dalam kebaktian anak-anak:
  1. Berdoa
  2. Menyanyi bersama-sama lagu Sekolah Minggu (ditentukan)
  3. Berdoa untuk firman Tuhan.
  4. Latihan menyanyi, lagu-lagu lama dan lagu-lagu baru.
  5. Firman Tuhan.
  6. Berdoa.
  7. Menyanyi untuk persembahan.
  8. Absensi.
** Bila kelas dibagi, maka setelah menyanyi bersama baru dibagi ke kelasnya masing-masing.

BERDOA:

Berdoa bukan membaca, bukan suatu acara atau peraturan, melainkan dengan wajar berkata-kata kepada Allah. Berdoalah di dalam penyembahan. Ini mempunyai harga yang sama dengan memuji Tuhan. Di dalam berdoa biarlah anak-anak mempunyai ingatan akan menyembah Tuhan, pengucapan syukur, mengakui dosa, persekutuan dengan Allah, dsb.

Sikap pengajar waktu berdoa tidak boleh:
  1. Mata tidak boleh terbuka untuk mengawasi anak-anak.
  2. Berdoa dengan suara yang tidak khidmat.
  3. Sikap tangan yang tidak sopan. Misalnya mengusap mata, menguap, main-main dengan tangan, memainkan jari tangan, menutup mata/muka dengan tangan, bertolak pinggang, memutar-mutar badan, dsb.
** Semua ini akan merusak suasana (mengganggu kekhidmatan selama kebaktian berlangsung) dan menjadi teladan yang buruk sekali. Sikap pengajar harus memberikan kesan "SOPAN" dan menghargai Allah. Apa yang harus diperhatikan waktu berdoa:
  1. Kata-kata singkat dan jelas.
  2. Perkataan boleh banyak sedikit, tetapi jangan terlalu panjang, sehingga anak-anak mulai bergerak-gerak karena tidak sabar. (Nasehat yang diberikan sebelum doa juga jangan terlalu panjang)
  3. Waktu berdoa jangan melupakan:
    1. Doa itu harus dapat dimengerti oleh anak-anak.
    2. Pengalaman dalam hidup anak-anak. Misalnya: Pelajaran mereka, pergaulan mereka di rumah (masyarakat), dsb.
    3. Jangan bersifat mendalam (terlalu rohani)
  4. Seharusnya pengajar berdiri di pihak anak-anak, jangan menggunakan kata `mereka` melainkan `kami`.
  5. Berdoa bagi hal-hal yang berhubungan dengan anak-anak, orang tua mereka, sekolah, supaya mereka menjadi contoh untuk kawan-kawan mereka dan dapat menarik kawan-kawan lain ke Sekolah Minggu.
  6. Jangan berdoa dalam keadaan yang tergesa-gesa.
  7. Anak-anak yang tidak disiplin, berlututnya/berdirinya baik ditunggu sampai mereka mempunyai sikap yang benar. Bila perlu anak-anak yang nakal dapat dikeluarkan sebentar.
  8. Cara berdoa boleh diubah-ubah, misalnya mereka menirukan doa guru, menyuruh seorang anak, lalu dilanjutkan oleh guru, dsb.
  9. Harus menerangkan istilah-istilah: demi nama Yesus, amin, harus menutup mata, lipat tangan, dsb.
  10. Harus dapat menghafal doa Bapa Kami.
  11. Harus dapat bersaksi dengan doa-doa yang dikabulkan.
  12. Dapat menyanyi dahulu sebelum doa, atau berdoa dengan nyanyian.
PERSEMBAHAN:
  1. Harus diterangkan apa arti persembahan. Persembahan bukan uang sokongan, bukan gaji guru, bukan pembeli gambar, bukan penabungan untuk natal, dsb. Tetapi sebagai ucapan syukur kepada Allah.
  2. Lebih baik menganjurkan mempersembahkan uang saku, atau uang tabungan mereka sendiri, memupuk mereka untuk mempunyai hati yang mau mempersembahkan.
  3. Saat persembahan sesuai dengan suasana kebaktian dan pilih nyanyian yang cocok. Jangan membiarkan mereka ribut dan bertengkar.
  4. Menerima persembahan ini jangan terlalu lama, hal ini dapat menyukarkan anak-anak kecil.
  5. Jangan memakai uang persembahan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, hingga membuat mereka meremehkan uang persembahan.
  6. Uang persembahan ini dapat dipakai untuk membantu anak-anak yatim piatu dan anak-anak yang miskin. Dan bila mendapat balasan, sebagai ucapan terimakasih mereka, baiknya surat itu dibacakan di hadapan anak-anak, supaya mereka mengerti betapa bermanfaatnya persembahan mereka untuk orang-orang yang berada dalam keadaan kekurangan.
MENGHAFAL AYAT-AYAT ALKITAB.

Firman Tuhan dalam kehidupan manusia mempunyai kuasa yang besar dan pengaruh, pertolongan, wahyu yang tidak ternilai harganya. Seorang pengajar harus menghafal ayat-ayat dan mengajar anak-anak untuk bisa menghafal juga. Dengan demikian pengajar bertanggung jawab atas segala yang ia anjurkan kepada anak-anak Sekolah Minggu.

Yang harus diperhatikan:
  1. Ayat-ayat singkat dan berarti.
  2. Terangkan ayat tersebut dan hubungan dengan kehidupan kita.
  3. Nama Alkitab tidak boleh disingkat, pasal dan ayatnya juga harus dihafal.
  4. Anak kelas kecil menghafal yang singkat dan kelas agak besar bisa agak panjang, menurut kemampuan mereka kita berikan ayat itu untuk dihafal.
  5. Cara yang menarik untuk menghafalkan ayat:
    1. Dengan suara yang keras dan perlahan.
    2. Dengan cara menyanyi.
    3. Dengan cara menghafal sambil menghapus kata-kata satu demi satu.
    4. Dengan cara memakai kapur berwarna.
    5. Harus sering-sering menghafal.

Pasal XIV - Cara Menguasai Anak

Anak yang lincah adalah wajar, kecuali mereka sakit atau pendiam. Kebanyakan semua anak nakal-nakal, hati mereka mempunyai keinginan yang keras untuk mengetahui segala sesuatu dan daya khayal. Seringkali mereka tidak dapat menahan diri dan sewaktu-waktu mereka menyatakan keinginannya atau daya khayalnya dengan memakai perkataan atau gerak- gerik mereka. Pengajar harus memimpin ke aktifitas mereka secara wajar dan mengembangkan kesanggupan mereka ke arah yang benar, sehingga berguna. Pengajar sendirilah yang menjadikan dirinya `contoh` bagi anak-anak.

A. Menerima diri sendiri.

  1. Apakah saya mengajar secara sia-sia, sembarangan, kurang persiapan, sehingga tidak dapat memuaskan murid, bahkan murid-murid sudah kehilangan gairah lagi.
  2. Apakah saya sering terlambat, melanggar peraturan, sehingga murid-murid kehilangan ketertiban?
  3. Apakah saya cukup bertanggung-jawab, berdoa bagi mereka dan mengajar kasih sayang?
  4. Apakah karena perkataan atau sikap yang kasar, tidak menjadi teladan mereka, sehingga kehilangan penghargaan murid?
  5. Apakah pribadi saya tidak dipercayai murid? Misalnya tidak adil, tidak jujur, suka mencela orang, meremehkan, membohongi murid-murid atau perkatan dan perbuatan saya tidak sesuai? Pengajaran dan kelakuan saya senonoh?

B. Seorang pengajar harus mengerti hati anak-anak:

  1. Anak yang kehilangan kasih (diagrace) Anak-anak semacam ini merasa rendah dirinya, kekurangan dan sering dihinakan orang. Misalnya:
    1. Anak yang berpenyakit.
    2. Pertumbuhan badannya tidak normal.
    3. kehilangan ayah dan ibu.
    4. sangat teraniaya.
    5. berwajah aneh, terlalu buruk.

    Keadaan hati mereka: selalu sedih, terhina, rendah hati, dsb. Maka sering ia memakai perbuatan-perbuatan yang aneh-aneh atau mengacau supaya menarik perhatian orang lain, supaya orang memperhatikan dia. Sehingga dengan demikian pengajar harus memperhatikan dan bersimpati kepadanya. Jika hal-hal kecil bisa menyuruhnya untuk membantu sehingga ia merasakan bahwa ia berguna dan masih ada orang yang memperdulikan dia.

  2. Anak yang bersifat luar (extern)
  3. Gerak-gerik atau kenakalan anak-anak adalah wajar, bukan sengaja atau mengacau, melainkan pembawaan sejak lahir. Kita tidak boleh menindas perkembangan pembawaan ini. Seringkali anak ini senang membela diri. Kita harus mejelaskan kepada mereka, pada waktu apa harus diam, waktu apa boleh bergerak, jika dapat dalam waktu-waktu pengajaran beri mereka kesempatan untuk bergerak. Jangan di muka kelas menegur, hingga menyebabkan anak itu berbantah-bantah. (tegur bila perlu, jangan berulang-ulang kali)

  4. Anak yang kurang ajar. Anak macam ini kebanyakan anak-anak yang terlantar, tidak terdidik dengan baik oleh karena tidak mempunyai orang tua, yang dapat mendidik. Ibu mereka kurang bijaksana, tidak mengalami pendidikan rumah tangga, atau hidup dalam suasana yang kurang baik, sehingga segala keburukan menjadi kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya kasar. Keadaan hati mereka sangat bebas, sewenang- wenang dan tidak mengenal peraturan. Menghadapi anak-anak semacam ini, kita tetap dengan pengasihan dan lemah-lembut menasehati supaya mereka tahu hal-hal yang mereka tidak mengerti dan memasuki pengertian; kewajiban moral, supaya berubah dan bertobat. Pengajar haruslah menjadi pembimbing dan teladan mereka dengan sikap dan karakter pengajaran yang baik.
  5. Anak-anak yang sengaja mengacau. Anak-anak semacam ini suka menguji gurunya, menguji kepandaian, kesabaran, dsb. Maka sikap pengajar harus teguh, tenang dan bijaksanan menghadapi/menguasai mereka. Jangan takut, jangan menakut-nakuti atau mengancam mereka. Jangan menampakkan diri kita tidak dapat berbuat apa-apa/tidak dapat bertindak pasti akan menyebabkan kita dihina.
  6. Ingatlah bahwa:
    1. Kita yang akan mau menguasai mereka, bukan sebaliknya.
    2. Kita adalah pengajar, mereka yang diajar.
    3. Kita yang memimpin mereka, bukan sebaliknya.
  7. Anak-anak yang mendadak gelisah (bukan biasanya)
  8. Mungkin karena anak itu sakit, atau perubahan hawa. Keadaan kelas yang kurang hawa, gelap, ruang sempit atau duduknya tidak teratur.

C. Prinsip untuk mengajar:

  1. Dengan kesucian dan kasih sebagai motif.
  2. Dengan pribadi yang baik sebagai teladan.
  3. Dengan kebijaksanaan sebagai cara menguasai.

Dalam mengajar harus diperhatikan:

  1. Dengan cara diam-diam menunjukkan segala macam dosa, dan akibatnya yaitu kejahatan-kejahatan, dan sebagainya.
  2. Dengan sering-sering bercakap-cakap secara pribadi mengetahui latar-belakang dan isi hati, kesukaran mereka.
  3. Dengan mendorong menasehatkan mereka, supaya mereka maju dan menuntut kesucian.
  4. Dengan cara jujur memuji kebaikan mereka, dengan kasih menegur segala kesalahan dan dosa-dosa mereka, karena inilah obat dari pada kesalahan mereka.
  5. Jangan dengan mudah menerima pengaduan mereka. Jika ada seseorang yang mengadu marahilah dia, kemudian menyelidiki sendiri dengan teliti.
  6. Boleh mempergunakan anak-anak nakal yang berbakat memimpin untuk menjaga ketertiban dan mengerjakan sesuatu.
  7. Harus memberitahukan mereka bahwa keselamatan yang diperolah dengan cuma-cuma dan untuk mencapai kemenangan harus berkorban. Masuk ke dalam pintu keselamatan hanya satu kali, menjalani dalam jalan keselamatan adalah seumur hidup. Hidup bersandar pada anugrah, kehidupan didasarkan atas kelakuan. Orang Kristen harus bersandar pada Kristus, setelah diselamatkan seumur hidup mengikut Tuhan dan berjalan dalam jalan yang suci sambil memikul salib.

D. Menguasai dengan keadilan dan kasih (harus seimbang)

Keteguhan dari kuasa dan kedudukan seseorang tergantung dari pengaduan tingkat keadilan dan kasihnya. Seseorang yang tidak adil dalam pekerjaannnya selamanya tidak mungkin dihormati orang. Seseorang yang tidak mempunyai kasih dalam ajarannya maka pelayanannya tidak akan berhasil. Keadilan adalah pengenalan yang dalam terhadap dosa, kasih adalah pengakuan yang luas bagi orang yang berdosa. Kedua hal ini harus berpadu pada satu oknum dan perpaduan ini menentukan besar/kecilnya kuasa seseorang. Allah dengan dasar keadilan dan kasihnya, menguasai semesta alam ini. 2Petrus 1:14 ... ada bagian di dalam sifat Ilahi. Melakukan pekerjaan yang suci harus memakai kuasa ini. Kita adalah wakil Allah dan setiap pekerjaan dan perbuatan yang kita lakukan adalah pesan dari Allah. Kesejahteraan berbuat dengan kasih dan keadilan akan menentukan berhasilnya atau gagalnya seorang hamba Tuhan. Kasih dan keadilan Allah telah berpadu di atas salib. Perkataan Yesus yang pertama di atas kayu salib menyatakan kasih Allah. Perkataan Yesus yang keempat di atas kayu salib menyatakan keadilan Allah yang dalam, dan menyatakan kasihNya yang dalam pula kepada manusia. 1Korintus 4:20 Karena kerajaan Allah itu bukannya berujud atas perkataan, melainkan atas kuasa. Ayat 21-- rotan: keadilan, hati yang lembut, kasih. Kekerasan dan kasih adalah prinsip dari pekerjaan pengajar. Jika hanya memberatkan kasih dan meringankan keadilan maka kasih akan berlebih-lebihan dan tidak berharga. Jika memberatkan keadilan dan meringankan kasih maka keadilan menjadi kekejaman, dan tidak berguna. Jika anak-anak mengasihi dan juga takut kepada kita, berarti bahwa kita menjadi pengajar yang sukses.

E. Fungsi kelebihan yang tidak seimbang:

  1. Jangan terlalu mengasihi.
    1. Terhadap anak yang baru, jangan cepat-cepat menyatakan kasih.
    2. Terhadap anak yang sudah diperingatkan jangan terlalu kasih.
    3. Terhadap anak yang perbuatannya disengaja dan melampui batas sehingga mempengaruhi anak.
    4. Terhadap anak yang sikapnya merusak, menghujat kebenaran.
    5. Terhadap anak yang mencobai pengajar.

  2. Akibat terlalu mengasihi.
    1. Anak mengira mempunyai kebaikan sehingga layak untuk dikasihi. Hal ini menyebabkan ia sangat memperhatikan kebaikannya, menjadi sombong dan tidak mengetahui kesalahannya.
    2. Anak menganggap guru mempunyai maksud apa-apa yang lain.
    3. anak akan mengira bahwa kebenaran adalah terlalu biasa, kemudian di dalam hati timbul keragu-raguan.
    4. Anak mengira guru takut kepadanya.

  3. Jangan Terlalu keras.
    1. Terhadap anak yang bersalah dengan tidak sengaja.
    2. Terhadap anak yang merasa rendah diri.
    3. Terhadap anak yang belum mengerti kesalahannya dan tidak sering bersalah.

  4. Akibat terlalu keras.
    1. Anak mengira semua perbuatannya salah, tidak berpengharapan tidak percaya pada diri sendiri.
    2. Anak menjadi bosan ke Sekolah Minggu, bosan juga akan Firman Tuhan.
    3. Anak itu menjadi terlalu diam, pasif dan penakut.
    4. Anak-anak akam menjadi nakal, bahkan semakin nakal.

Pasal XV-K U N J U N G A N

Kunjungan bukan saja untuk mencari domba yang sesat, juga dapat membina hubungan erat dengan guru dan guru lebih mengenal dan memperhatikan hidup anak-anak. Kunjungan ialah pekerjaan kerohanian, sebab itu banyak berdoa, supaya Tuhan memberi sikap, motif yang benar, dan kesempatan yang tepat. Perkunjungan yang berdasarkan kasih dapat menyebabkan anak-anak lebih mengenal kita dan mengasihi Tuhan.

Dalam hal perkunjungan harus diperhatikan:

  1. Kunjungan bukan untuk menegur, maka tidak boleh menunjukkan sikap yang berwibawa, supaya anak-anak tidak menjadi jemu.
  2. Waktu kunjung jangan terlalu lama.
  3. Mengunjungi bukan untuk menghakimi.
  4. Mengunjungi bukan menggembalakan orang tua, anak.
  5. Mengunjungi bukan menarik anak Sekolah Minggu lain ke gereja.
  6. Mengunjungi bukan berkotbah.
  7. Mengunjungi tidak boleh pilih kasih, harus mengunjungi tiap-tiap anak Sekolah Minggu. Jangan hanya anak-anak tertentu.

Kunjungan Istimewa:

  1. Pada waktu anak sakit.
  2. Anak yang sakit harus banyak dikunjungi, maka kita akan mendapati hati anak itu (terutama anak nakal). Dari kesakitannya, kita dapat mengembalikan kasihnya kepada kita, sehingga ia mau tunduk kepada kita, sebab:
    1. Pada waktu sakit mudah disadarkan hati nuraninya.
    2. Dalam keadaan sakit memerlukan belas kasihan dan sangat menghargai perhatian dan kasih orang lain.
    3. Pada waktu sakit mudah membedakan persahabatan yang benar dan persahabatan yang palsu.
    4. Dalam keadaan yang paling lemah, maka mudah menurut.
    5. Dalam keadaan yang lemah dan susah, pandangan terhadap jiwa dan roh sangat serius.

  3. Terhadap anak-anak yang orang tuanya bukan Kristen.
  4. Jika orang tuanya melarang anak-anaknya ke Sekolah Minggu, jangan mengunjungi mereka, supaya jangan menimbulkan akibat yang tidak baik. Kita dapat menemui/menemuinya untuk menyatakan kasih kita pada kesempatan lain/ dirumah anak yang lain.

  5. Dalam rumah tangga yang sedang sibuk atau ada kejadian yang tidak baik jangan campur tangan atau tinggal terlalu lama. Datang pada kesempatan yang lain.
  6. Ada kalanya mengirim kartu bergambar kepada anak-anak untuk menanyakan keadaannya. Tetapi harus diperhatikan, jangan terlalu sering dan kartu bergambar jangan terlalu bagus.

Pasal XVI-Pos Kebaktian Anak-anak (cabang Sm)

Tujuan:

Membawa Injil ke tempat-tempat yang terpencil dan memasuki segala tingkat masyarakat.

Cara:

  1. Mengadakan persiapan dan doa yang cukup.
  2. Menyelidiki daerah yang penting.
  3. Memilih rumah tangga yang rohani dan cocok.
  4. Misalnya: Memiliki rumah yang mempunyai kesaksian yang baik bersemangat dalam mencari jiwa, mengasihi jiwa-jiwa.
  5. Surat izin baik dari pemerintah maupun gereja.
  6. Pilih dahulu pemimpin yang bertanggung jawab.
  7. Tiap tahun supaya dapat berkumpul dengan cabang lain.

P E N U T U P

Penghargaan gereja ada di dalam diri anak-anak. Sebab itu gereja harus mempunyai perhatian yang besar terhadap PI kepada anak-anak, sehingga gereja jangan sampai kehilangan jiwa anak-anak, karena itu biarlah gereja menyadari akan hal ini. Dan pekerjaan yang mulia dan kudus ini telah Tuhan percayakan kepada kita. Dari zaman ke zaman betapa besar kerugian gereja yang tidak dapat diperhitungkan karena gereja melalaikan pekerjaan ini. Dan iblis telah memenangkan jiwa anak-anak yang murni ini. Puluhan ribu anak tiap hari hilang bagaikan air yang mengalir. Betapa menyedihkan kejadian ini.

Siapakah yang mau mengasihi Tuhan dan yang mau setia di dalam pekerjaan yang kecil ini?
Siapakah yang mau dengan segenap hati dan tulus ikhlas berjuang mati-matian untuk generasi baru gereja?
Siapakah yang mau mementingkan perkara yang telah diremehkan banyak orang?
Siapakah yang mau mengasihi anak-anak yang murni ini?
Siapakah yang menghitung hasil-hasilnya, hanya menabur dan membajak menjadi guru Sekolah Minggu yang taat kepada Kristus?
Siapakah yang mau menjadi guru-guru Sekolah Minggu yang mau mendoakan anak-anak.
Siapakah yang rela mempersembahkan diri untuk pekerjaan yang hina di mata manusia namun mulia di hadapan Allah?

Tuhan Yesus berkata:

"Jikalau engkau mengasihi Aku, gembalakanlah domba-dombaKu"
"Aku tidak mau siapapun dari yang kecil ini binasa: Jikalau engkau melakukan hal ini dari pada apa yang terkecil ini berarti engkau melakukan atas tubuhKu"
"Jikalau seseorang mempunyai seratus ekor domba dan hilang satu bagaimana pendapatmu?

Source URL: https://pepak.sabda.org/buku_biarkanlah_anak_anak_datang_padaku