"Apakah Anda senang mengajar? Apakah Anda bersyukur kepada Allah atas kehormatan yang Dia berikan kepada Anda untuk mengajar Alkitab?"
"Jangan biarkan telur hidup dierami ayam mati!" Pernyataan ini adalah nasihat yang baik untuk guru dan petani. Karena kita tidak bisa memberikan apa yang tidak kita miliki, kita memerlukan persiapan pribadi untuk menjadi guru Sekolah Minggu yang terbaik. Sebelum mengajar, kita perlu melihat ke empat arah, yaitu Tuhan, Alkitab, Diri Sendiri, dan Murid.
1. Melihat kepada Tuhan
Persiapan rohani untuk mengajar diawali dengan menerima hidup baru dalam Kristus. Kita perlu meyakini bahwa kita sendiri sudah lahir baru -- bahwa dasar keyakinan kita untuk memperoleh hidup kekal hanyalah Yesus Kristus.
Pengakuan
Pengakuan berarti setuju dengan Allah mengenai kelemahan-kelemahan kita, jujur, dan terbuka dengan-Nya. Kita dapat meminta pengampunan kepada Allah seperti ketika kita meminta maaf kepada teman saat kita bersalah kepadanya.
Roh Kudus adalah Pengubah para guru yang hebat. Salah satu hal terindah yang dapat kita contohkan pada murid-murid kita adalah apa yang Roh Kudus lakukan dalam kehidupan kita.
Kekaguman
Kekaguman ditunjukkan dengan menyembah Allah karena sifat-sifat-Nya. Allah selalu Mahaada, Mahakuasa, Mahakuat, Mahahadir, Mahatahu, Mahabenar, Mahajujur, Mahakasih, dan tidak pernah berubah. Kekaguman atas sifat-sifat Allah menolong kita untuk menghargai siapa Dia dan siapa kita, dalam hubungan dengan Dia. Permohonan sebagai guru, kita memerlukan kebijaksanaan, keterbukaan kepada Roh Kudus, kreativitas, dan kepekaan terhadap jiwa murid-murid kita.
Ada baiknya jika kita meminta Allah menyulutkan api cinta dan antusiasme dalam diri kita pada setiap sesi. Apa pun yang terjadi dalam kelas Sekolah Minggu, kita perlu memperlihatkan sikap positif, terlebih lagi sikap antusias, bagi Allah dan firman-Nya.
Ucapan syukur
Kita menyatakan rasa syukur kita atas karunia-karunia dari Allah. Kita dapat membaca doa-doa dalam Alkitab (seperti Filipi 1:9-11 atau Efesus 3:14-21) dengan suara yang nyaring dan lantang seperti doa kita sendiri, serta memasukkan nama kita atau nama murid kita. Sebagai rekan kerja Allah, kita juga memunyai tanggung jawab. Seperti halnya ketika Musa mengangkat tongkatnya ke atas Laut Merah, barulah mukjizat terjadi, Allah membelah laut itu dan umat Israel dapat menyeberang dengan selamat. Kita melakukan apa yang bisa kita lakukan dan membiarkan Allah melakukan segala sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Apakah Anda senang mengajar? Apakah Anda bersyukur kepada Allah atas kehormatan yang Dia berikan kepada Anda untuk mengajar Alkitab? Sebagai guru Sekolah Minggu, kita terlibat dalam salah satu usaha terbesar di dunia yang layak menjadi prioritas tertinggi kita.
2. Melihat ke Alkitab
Pikirkanlah, mengajarkan Alkitab sebagai tangga yang memunyai lima anak tangga. Dimulai dari yang paling mudah sampai yang paling sulit, lima langkah untuk mengajar adalah mendengar, membaca, belajar, menghafal dan menerapkan Alkitab.
Membaca Alkitab perlu menjadi kesukaan kita sehari-hari, bukan hanya sebagai tugas. Membiasakan diri mencatat saat membaca sangat berguna, seperti membuat judul sendiri untuk sebuah pasal Alkitab. Judul dapat ditulis pada tepi Alkitab atau ditulis dalam buku catatan.
Jangan lupa bahwa Roh Kuduslah yang membuat Alkitab hidup untuk kita dan untuk kelas kita. Mulailah sesi pembelajaran dengan berdoa, "Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu" (Mazmur 119:18, TB). Bersyukurlah kepada Tuhan atas apa yang telah Anda pelajari dari firman-Nya, dan mintalah bantuan-Nya untuk menerapkannya.
Jika kita pribadi menerapkan Alkitab sebelum mengajarkannya kepada orang lain, kita dibimbing untuk melihat ke dalam hati kita.
3. Melihat ke dalam Hati Kita
Kita seharusnya tidak hanya menyampaikan pesan Alkitab tetapi diubahkan oleh-Nya. Saat kita menyerap makanan rohaninya, kita menghasilkan buah yang memberkati orang lain. Lebih baik menjadi suratan yang hidup daripada pengeras suara yang berbunyi nyaring.
Ketika perlu menanyakan pertanyaan tidak hanya tentang Alkitab, tetapi diri kita sendiri. SPECS membuat pengingat 'acrostic' (sanjak atau susunan kata-kata yang seluruh huruf-awal atau huruf-akhir tiap-tiap barisnya merupakan sebuah kata atau nama diri, Red) tentang lima pertanyaan untuk menganalisa sikap-sikap dan tindakan-tindakan kita berdasarkan firman Allah. Apakah bacaan ini menunjukkan kepada saya:
Ada baiknya jika kita menanyakan, "Apa yang perlu saya lakukan sekarang?" Memilih paling tidak satu hal yang dapat kita lakukan saat ini untuk bertumbuh serupa dengan Kristus.
4. Melihat kepada Murid-murid Kita
Apakah kita memandang murid-murid kita sebagai masalah atau potensi? Yesus memilih 12 murid sebagai 'bahan mentah yang dapat diolah' karena Dia tahu apa yang Dia dapat perbuat dengan mereka sebagai Guru Agung selama tiga tahun mendatang. Apa yang ingin Anda selesaikan dalam kelas Anda minggu ini? Pepatah mengatakan, "Jika Anda tidak memunyai target, Anda tidak akan mendapatkan apa-apa". Pilihlah target untuk membawa setiap sesi. Target adalah pernyataan jelas tentang apa yang ingin kita capai.
Kita memerlukan target untuk:
Target yang baik adalah target yang spesifik, dapat diukur dan dapat dilaksanakan. "Setiap murid akan membaca Alkitab mereka" terdengar spesifik, tetapi seberapa banyak? Seberapa sering? Kapan dimulai? Membaca tiga pasal setiap hari selama 365 hari adalah hal yang spesifik dan dapat diukur, tetapi barangkali tidak dapat diraih. Satu pasal per hari selama tujuh hari cukup praktis untuk dilaksanakan (dan memulai apa yang kita harapkan menjadi kebiasaan sehari-hari).
Tujuan-tujuan kita barangkali tujuan mental (apa yang saya ingin murid saya ketahui?), tujuan emosional (apa yang saya ingin murid saya rasakan?), tujuan kehendak atau volitional (apa yang saya ingin murid saya lakukan? Red). Tipe-tipe tujuan ini berkaitan dengan akumulasi informasi para murid, sikap para murid tentang informasi itu, dan berbagai tindakan dari pilihan-pilihan pribadi mereka secara berturut-turut. Dalam merencanakan pelajaran, kita membutuhkan seni eliminasi untuk memilah pelajaran-pelajaran agar dapat menuntun kita pada tujuan yang kita ingin capai.
Salah satu manfaat dari kurikulum adalah hubungannya yang utuh tujuan-tujuan tertulis. Kebanyakan buku pegangan guru memunyai tujuan unit dan pelajaran yang dilengkapi dengan bahan-bahan yang dipilih secara cermat untuk mencapai tujuan itu.
Setiap bagian dari rencana pelajaran perlu berkorelasi sehingga setiap bagian (entah PA [Pendalaman Alkitab], penyembahan, pengayaan ide, lagu, bacaan Alkitab, petunjuk murid, atau tugas-tugas rumah) berkontribusi pada tujuan-tujuan utama.
Kesimpulan
Beberapa tahun mendatang, apa yang paling diingat murid-murid kita dari kita? Walaupun Roh Kudus dapat mengulang isi pelajaran kepada mereka saat dibutuhkan, murid-murid Sekolah Minggu biasanya mengingat sikap kita. Kesan menyeluruh apa yang mereka bentuk saat bertatap muka dengan kita setiap minggu? Semoga ingatan mereka di kemudian hari...Semoga...:
"Aku dapat mengenal Tuhan seperti dia"
"Dia menyukaiku; dia temanku."
"Dia percaya padaku."
"Dia sangat gembira berbicara tentang Yesus."
Mengajar tidak sekadar latihan mental untuk menyiapkan dan mengajarkan materi pelajaran. Pengajaran membutuhkan pembentukan diri yang terus berlangsung selama kita melihat kepada Tuhan, melihat Alkitab, melihat ke dalam hati kita dan melihat kepada murid-murid kita.
Saat Anda melihat setiap arah ini sebelum Anda mengajar, hal ini akan membantu Anda menjadi guru Sekolah Minggu terbaik yang dari diri Anda. (t/Uly)
Diterjemahkan dari:
Judul asli buku | : | How To Be The Best Sunday School Teacher You Can Be |
Judul asli artikel | : | Preparation: Developing as a Teacher |
Penulis | : | Terry Hall |
Penerbit | : | Moody Press, Chicago, 1986 |
Halaman | : | Halaman: 11 -- 18 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK